Tugu Sujono merupakan monumen yang sangat terabaikan. Kita yang pernah belajar sejarah
G30S/PKI saat pemerintahan Orde Baru,
pasti pernah tahu nama Letda (Anumerta) Sudjono. Sosok ini tercatat
sebagai salah satu pahlawan revolusi yang menjadi korban keganasan
pertikaian berdarah bangsa ini pada 1965. Perkebunan Bandar Betsy di
Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, pun menjadi demikian
terkenal, sebagai lokasi peristiwa berdarah yang merenggut nyawa
perwira pengaman kebun itu.
Letda Sudjono yang kala itu berpangkat
Peltu tewas dikapak sekelompok orang
dari Barisan Tani Indonesia (BTI) yang merupakan bawahan PKI.
Saat itu, Sudjono berusaha mempertahankan lahan perkebunan dari
penjarahan massa PKI. Peristiwa yang dikenal dengan “Peristiwa Bandar
Betsy” ini merupakan aksi sepihak PKI untuk merebut kekuasaan.
Sebagai kenangan kepada generasi
mendatang, tugu peringatan para pahlawan revolusi itu didirikan dengan
biaya yang tak kecil. Satu di antaranya adalah ‘Tugu Sudjono. Melihat dari dekat keberadaan monumen itu Diperkirakan, miliaran rupiah uang negara mengucur saat proses
pembangunan tugu itu berlangsung. Tugu Sujono ini terletak di lahan yang
luasnya diperkirakan 0,5 hektar, pada awal pembangunannya dirasakan
warga sekitar begitu megah.
Di areal Tugu Sudjono, perasaan pun jadi
tersayat. Betapa tidak. Monumen itu seakan menangis dengan kondisinya
yang tak terurus. Monumen megah itu, terlihat kusam dan beberapa
bagiannya sudah dipenuhi lumut. Taman yang mengelilingi tugu, bahkan
berubah menjadi tumbuhan liar yang mengganggu pemandangan.
Ironisnya, salah
satu Patung Pahlawan Revolusi bepangkat Jendral yaitu Ahmad Yani dengan
berdiri kokoh menujuk kedepan, namun jari telunjuknya tampak putus. Ini,
diduga akibat perbuatan orang-orang yang tidak mengerti arti sejarah di
negari yang menghormati Kepahlawanan Para Pejuang yang gugur di medan
pertempuran.
Kamar mandi yang berada persis di depan
tugu, kini seperti rumah hantu. Sedangkan pondok peristirahatan yang dibuat
untuk pengunjung resmi maupun biasa, dalam kondisi sudah mau rubuh.
Saat saya (SUCI ANDARI FITRI) berkunjung kesana dengan orang tua saya yang juga lulusan Pendidikan Sejarah IKIP,,beberapa warga di sekitar lokasi
mengatakan, sejak beberapa tahun belakangan monumen itu tak lagi
dipelihara. Sebelumnya banyak pelajar yang berkunjung ke monumen
itu, kini sudah tak ada lagi. Karena semua fasilitas yang memungkinkan
pengunjung untuk berlama-lama di sana tidak tersedia.
Tugu Sudjono, saat ini, tak lebih dari bangkai sejarah yang kenangan tentangnya perlahan mulai pupus.
maka dari itu perlu dan sudikah kiranya kita mampu menghargai pahlawan kita baik itu hanya dalam merawat dan melestarikan sumber sejarah seperti TUGU SUJONO ini.
pd tgl 9 agustus kmrin saya pergi kesana ,menurut cerita orang tua disana ,ketika maghrib datang warga yg lewat menggunakan mobil hrus menunduk kerena kerap kali mereka seperti di panggil tetapi ketika mereka menoleh ke belakang yg memanggil itu orang tidak berkepala, tepat di simpang 3 dahulu adalah tempat pembantaian manusia yg terpotong kepala nyam
BalasHapus