Rabu, 07 November 2012

TUGU SUJONO BANDAR BETSY

     Tugu Sujono merupakan monumen yang sangat terabaikan. Kita yang pernah belajar sejarah G30S/PKI saat pemerintahan Orde Baru, pasti pernah tahu nama Letda (Anumerta) Sudjono. Sosok ini tercatat sebagai salah satu pahlawan revolusi yang menjadi korban keganasan pertikaian berdarah bangsa ini pada 1965. Perkebunan Bandar Betsy di Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, pun menjadi demikian terkenal, sebagai lokasi peristiwa  berdarah yang merenggut nyawa perwira pengaman kebun itu.

Letda Sudjono yang kala itu berpangkat Peltu tewas dikapak sekelompok orang dari Barisan Tani Indonesia (BTI) yang merupakan bawahan PKI. Saat itu, Sudjono berusaha mempertahankan lahan perkebunan dari penjarahan massa PKI. Peristiwa yang dikenal dengan “Peristiwa Bandar Betsy” ini merupakan aksi sepihak PKI untuk merebut kekuasaan.

     Sebagai kenangan kepada generasi mendatang, tugu peringatan para pahlawan revolusi itu didirikan dengan biaya yang tak kecil. Satu di antaranya adalah ‘Tugu Sudjono. Melihat dari dekat keberadaan monumen itu Diperkirakan, miliaran rupiah uang negara mengucur saat proses pembangunan tugu itu berlangsung. Tugu Sujono ini terletak di lahan yang luasnya diperkirakan 0,5  hektar, pada awal pembangunannya dirasakan warga sekitar begitu megah.


      Model bangunan Tugu Sudjono sama dengan Monumen Tugu Tujuh Pahlawan Revolusi di Komplek Lubang Buaya, Jakarta. Bedanya, agak ke depan dari monumen itu ada patung Letda Sudjono, seolah memimpin ke tujuh jenderal itu. Harus diakui, tugu tersebut menyimpan aura mistis dan kharisma bagi khalayak yang mengunjunginya.      Kini, tugu itu bagai monumen tanpa  arti. Simbul revolusioner rakyat Sumatera Utara itu, seolah kesepian, karena tak lagi mendapat perhatian. Jalan menuju monumen itu, pun sejak dari Perkebunan Laras PTPN IV hingga ke lokasi yang diperkirakan berjarak 15 km, sudah tak lagi mulus. Pihak  perkebunan terkesan tak lagi peduli dengan kondisi jalan itu.
Di areal Tugu Sudjono, perasaan pun jadi tersayat. Betapa tidak. Monumen itu seakan menangis dengan kondisinya yang tak terurus. Monumen megah itu, terlihat kusam dan beberapa bagiannya sudah dipenuhi lumut. Taman yang mengelilingi tugu, bahkan berubah menjadi tumbuhan liar yang mengganggu pemandangan.

     Ironisnya, salah satu Patung Pahlawan Revolusi bepangkat Jendral yaitu Ahmad Yani dengan berdiri kokoh menujuk kedepan, namun jari telunjuknya tampak putus. Ini, diduga akibat perbuatan orang-orang yang tidak mengerti arti sejarah di negari yang menghormati Kepahlawanan Para Pejuang yang gugur di medan pertempuran.
Kamar mandi yang berada persis di depan tugu, kini seperti rumah hantu. Sedangkan pondok peristirahatan yang dibuat untuk pengunjung resmi maupun biasa, dalam kondisi sudah mau rubuh.
     Saat saya (SUCI ANDARI FITRI) berkunjung kesana dengan orang tua saya yang juga lulusan Pendidikan Sejarah IKIP,,beberapa warga di sekitar lokasi mengatakan, sejak beberapa tahun belakangan monumen itu tak lagi dipelihara. Sebelumnya banyak pelajar yang berkunjung ke monumen itu, kini sudah tak ada lagi. Karena semua fasilitas yang memungkinkan pengunjung untuk berlama-lama di sana tidak  tersedia.
       Tugu Sudjono, saat ini, tak lebih dari bangkai sejarah yang kenangan tentangnya perlahan mulai pupus.
maka dari itu perlu dan sudikah kiranya kita mampu menghargai pahlawan kita baik itu hanya dalam merawat dan melestarikan sumber sejarah seperti TUGU SUJONO ini. 

1 komentar:

  1. pd tgl 9 agustus kmrin saya pergi kesana ,menurut cerita orang tua disana ,ketika maghrib datang warga yg lewat menggunakan mobil hrus menunduk kerena kerap kali mereka seperti di panggil tetapi ketika mereka menoleh ke belakang yg memanggil itu orang tidak berkepala, tepat di simpang 3 dahulu adalah tempat pembantaian manusia yg terpotong kepala nyam

    BalasHapus